IKLAN 2
Secara bahasa, ‘aql (akal) bisa bermakna al-hikmah (kebijakan) atau bisa juga bermakna tindakan yang baik dan tepat. Akal juga bisa bermakna sifat, dikatakan; ‘uqila lahu shay’un’ artinya “Dijaga atau “diikat (hubisa) akalnya dan dibatasi”.
Secara istilah, akal adalah daya pikir yang diciptakan Allah Swt (untuk manusia) kemudian diberi muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran serta dapat membedakan yang salah dan yang benar yang berguna bagi kehidupan manusia yang telah dimuliakan oleh Allah Swt.
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” (QS. an-Nahl:12)
Sedangkan nafsu dalam bahasa Melayu, 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan kata hawa (hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.
Jauh sebelum diciptakannya nabi Adam as, Allah telah menciptakan akal dan nafsu. Setelah akal dan nafsu diciptakan, mereka dipanggil untuk menghadap Allah, terjadilah dialog diantara mereka dengan Allah.
Dalam sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan akal, maka Allah Swt telah berfirman yang bermaksud : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah Swt.,
kemudian Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.
Kemudian Allah Swt. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?".
Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."
Lalu Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
Setelah itu Allah Swt menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, mengadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri.
Kemudian Allah Swt berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Setelah itu Allah Swt menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."
Lalu Allah Swt menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun dan tidak diberi makan. Setelah dikeluarkan maka Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, "Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku."
Dalam riwayat lain nafsu dihukum di neraka selama 70.000 tahun.
Sahabat bacaan Madani yang dirahmati Allah. Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahwa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita menguasai nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu menguasai kita, sebab kalau dia yang menguasai kita maka kita akan menjadi hancur terkubur dosa.
Secara istilah, akal adalah daya pikir yang diciptakan Allah Swt (untuk manusia) kemudian diberi muatan tertentu berupa kesiapan dan kemampuan yang dapat melahirkan sejumlah aktivitas pemikiran serta dapat membedakan yang salah dan yang benar yang berguna bagi kehidupan manusia yang telah dimuliakan oleh Allah Swt.
وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ وَالنُّجُومُ مُسَخَّرَاتٌ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal.” (QS. an-Nahl:12)
Sedangkan nafsu dalam bahasa Melayu, 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan kata hawa (hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.
Jauh sebelum diciptakannya nabi Adam as, Allah telah menciptakan akal dan nafsu. Setelah akal dan nafsu diciptakan, mereka dipanggil untuk menghadap Allah, terjadilah dialog diantara mereka dengan Allah.
Dalam sebuah kitab karangan 'Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama yang hidup dalam abad ke XIII Hijrah, menerangkan bahwa sesungguhnya Allah Swt telah menciptakan akal, maka Allah Swt telah berfirman yang bermaksud : "Wahai akal mengadaplah engkau." Maka akal pun mengadap kehadapan Allah Swt.,
kemudian Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Wahai akal berbaliklah engkau!", lalu akal pun berbalik.
Kemudian Allah Swt. berfirman lagi yang bermaksud : "Wahai akal! Siapakah aku?".
Lalu akal pun berkata, "Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah."
Lalu Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau."
Setelah itu Allah Swt menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud : "Wahai nafsu, mengadaplah kamu!". Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri.
Kemudian Allah Swt berfirman lagi yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau."
Setelah itu Allah Swt menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya. Kemudian Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Lalu nafsu berkata, "Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau."
Lalu Allah Swt menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu' selama 100 tahun dan tidak diberi makan. Setelah dikeluarkan maka Allah Swt berfirman yang bermaksud : "Siapakah engkau dan siapakah Aku?".
Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, "Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku."
Dalam riwayat lain nafsu dihukum di neraka selama 70.000 tahun.
Sahabat bacaan Madani yang dirahmati Allah. Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahwa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita menguasai nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu menguasai kita, sebab kalau dia yang menguasai kita maka kita akan menjadi hancur terkubur dosa.
HALAMAN SELANJUTNYA:
IKLAN 3