IKLAN 2
Gak bisa dipungkiri, di zaman modern kayak sekarang ini, gadget udah gak bisa lepas dari hidup kita. Bahkan sampai mainan anak- anak pun semuanya udah ganti pake gadget. Banyak orangtua zaman sekarang yang mungkin gak pengen rempong, sehingga memberikan gadget kepada anaknya, karena si anak pasti langsung diem ketika udah asik main.
Tapi bagaimana pun juga, gadget bisa menyebabkan ketergantungan, dan ketergantungan ini bisa memberi dampak yang mengerikan, terutama pada anak- anak! Gak percaya? Ibu ini udah ngalamin sendiri kok… Kalo kamu udah baca curhatannya, dijamin kamu gak bakal berani lagi kasih anak main gadget!
Gini ceritanya:
1. Seorang ibu asal Manado memberikan gadget kepada anaknya (Shafraan) ketika berusia 10 bulan.
“Awal perkenalan dengan gadget pas Shafraan umur 10 bulan. Awalnya terbiasa liat kakak-kakaknya main game di tab. Dari sekedar jadi penonton, lama kelamaan dia jadi tertarik untuk mencoba.”
2. Seiring berjalannya waktu, Shafraan jadi kecanduan main gadget. Si ibu pun akhirnya memanfaatkan kecanduan ini untuk menenangkan anaknya.
“Seiring bertambahnya usia, gadget jadi barang yang tak bisa terpisahkan dalam kesehariannya. Bermain berbagai jenis game bisa sampai berjam-jam.”
“Awalnya saya membiarkan. Saya memfasilitasi karena bagi saya gadget adalah senjata ampuh saya untuk menenangkan dia. Saat dia marah dan menangis saya pasti akan membujuknya dengan bermain game. Dan dia akan langsung tenang.”
3. Tapi lama-kelamaan… Ada yang aneh dengan tingkah laku si anak…
“Di umurnya yang ke-2 tahun, anak saya terlihat kaku berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pernah saya mendapati dia hanya memegang mobil-mobilannya sambil diam saja. Tebak saya, karena selama ini dia terbiasa menggerakkan jarinya hanya untuk permainan dalam gadgetnya.”
“Keanehan lainnya adalah kurangnya kosakata yang bisa dia ucapkan. Padahal anak seumuran dia seharusnya sudah bisa berbicara dengan variatif.”
Sejak saat itu si ibu mulai melarang anaknya main gadget. Tapi gimana reaksi sang anak? Anaknya langsung ngamuk, nangis, selalu melempar barang, jadi susah makan, susah tidur, dan rewel. Akhirnya karena kasihan, si ibu mengembalikan gadgetnya lagi ke anaknya.
Tapi bagaimana pun juga, gadget bisa menyebabkan ketergantungan, dan ketergantungan ini bisa memberi dampak yang mengerikan, terutama pada anak- anak! Gak percaya? Ibu ini udah ngalamin sendiri kok… Kalo kamu udah baca curhatannya, dijamin kamu gak bakal berani lagi kasih anak main gadget!
Gini ceritanya:
1. Seorang ibu asal Manado memberikan gadget kepada anaknya (Shafraan) ketika berusia 10 bulan.
“Awal perkenalan dengan gadget pas Shafraan umur 10 bulan. Awalnya terbiasa liat kakak-kakaknya main game di tab. Dari sekedar jadi penonton, lama kelamaan dia jadi tertarik untuk mencoba.”
2. Seiring berjalannya waktu, Shafraan jadi kecanduan main gadget. Si ibu pun akhirnya memanfaatkan kecanduan ini untuk menenangkan anaknya.
“Seiring bertambahnya usia, gadget jadi barang yang tak bisa terpisahkan dalam kesehariannya. Bermain berbagai jenis game bisa sampai berjam-jam.”
“Awalnya saya membiarkan. Saya memfasilitasi karena bagi saya gadget adalah senjata ampuh saya untuk menenangkan dia. Saat dia marah dan menangis saya pasti akan membujuknya dengan bermain game. Dan dia akan langsung tenang.”
3. Tapi lama-kelamaan… Ada yang aneh dengan tingkah laku si anak…
“Di umurnya yang ke-2 tahun, anak saya terlihat kaku berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pernah saya mendapati dia hanya memegang mobil-mobilannya sambil diam saja. Tebak saya, karena selama ini dia terbiasa menggerakkan jarinya hanya untuk permainan dalam gadgetnya.”
“Keanehan lainnya adalah kurangnya kosakata yang bisa dia ucapkan. Padahal anak seumuran dia seharusnya sudah bisa berbicara dengan variatif.”
Sejak saat itu si ibu mulai melarang anaknya main gadget. Tapi gimana reaksi sang anak? Anaknya langsung ngamuk, nangis, selalu melempar barang, jadi susah makan, susah tidur, dan rewel. Akhirnya karena kasihan, si ibu mengembalikan gadgetnya lagi ke anaknya.
4. Merasa makin gak beres, akhirnya Shafraan dikonsultasikan ke dokter.
“Puncaknya sekitar 2 bulan yang lalu saya ke Rumah Sakit buat imunisasi. Ketemu sama dokter di bagian tumbuh kembang anak. Semua permasalahan kami konsultasikan termasuk bertanya tentang kondisi Shafraan.”
“Menurut dokter Shafraan sekarang dalam kondisi Speech delay atau keterlambatan bicara. Tidak tanggung-tanggung perkembangan bicara Shafraan terlambat 1 tahun dari umurnya yang udah 3 tahun 4 bulan waktu itu.”
Dokter pun menganjurkan Shafraan untuk ikut Terapi Okupasi atau Sensori Integrasi agar bisa menstimulasi kemampuan bahasa, lalu dilanjutkan ke Terapi Wicara.
5. Menyadari kondisi ini adalah kesalahannya, sang ibu pun sangat terguncang dan menyesal…
“Pernyataan dari dokter itu bagaikan guntur di siang bolong. Baru saya sadar sayalah penyebab Shafraan jadi begini.”
“Gara-gara saya tidak mau direpotkan dengan suara tangisannya, saya tidak mau melihat rumah berantakan karena mainannya. Saya tidak mau repot. Saya tidak mau capek. Saya EGOIS. Itulah kesalahan terbesar saya sebagai seorang ibu. Dan baru sekarang mata saya terbuka lebar tentang kondisi anak saya.”
6. Sejak saat itu Shafraan tidak diizinkan main gadget lagi.
“Sejak hari itu penggunaan gadget ditiadakan. Awalnya dia nangis sambil minta tab tapi dengan tegas saya bilang tab rusak. Besoknya dia minta lagi. Tetap saya bilang rusak. Selama kurang lebih seminggu dia masih sering meminta.Tapi alhamdulillah akhirnya dia mulai lupa dengan rutinitasnya yang dulu dan mulai membuat kegiatan baru.”
“Hasilnya? Sekarang rumah tidak pernah bisa rapi. Mainan berantakan. Tapi ada kemajuan pesat pada diri Shafraan. Pembendaharaan katanya sudah lebih banyak. Bahkan sekarang dia sudah bisa bicara membentuk kalimat. Walaupun masih belum terlalu jelas tapi saya sudah sangat bersyukur .”
“Saya hanya berbagi pengalaman saja. Jangan sampai apa yang terjadi pada Shafraan terjadi pada anak-anak lain.”
Sungguh miris, padahal teknologi diciptakan oleh manusia, tapi akhirnya manusia sendirilah yang dirugikan teknologi! Semoga curhatan ibu ini bisa membuka mata para orangtua dan bisa dengan bijaksana membagi waktu untuk menemani sang anak bermain, bukannya malah mau praktis dengan kasih gadget. Yuk, segera di share!
“Puncaknya sekitar 2 bulan yang lalu saya ke Rumah Sakit buat imunisasi. Ketemu sama dokter di bagian tumbuh kembang anak. Semua permasalahan kami konsultasikan termasuk bertanya tentang kondisi Shafraan.”
“Menurut dokter Shafraan sekarang dalam kondisi Speech delay atau keterlambatan bicara. Tidak tanggung-tanggung perkembangan bicara Shafraan terlambat 1 tahun dari umurnya yang udah 3 tahun 4 bulan waktu itu.”
Dokter pun menganjurkan Shafraan untuk ikut Terapi Okupasi atau Sensori Integrasi agar bisa menstimulasi kemampuan bahasa, lalu dilanjutkan ke Terapi Wicara.
5. Menyadari kondisi ini adalah kesalahannya, sang ibu pun sangat terguncang dan menyesal…
“Pernyataan dari dokter itu bagaikan guntur di siang bolong. Baru saya sadar sayalah penyebab Shafraan jadi begini.”
“Gara-gara saya tidak mau direpotkan dengan suara tangisannya, saya tidak mau melihat rumah berantakan karena mainannya. Saya tidak mau repot. Saya tidak mau capek. Saya EGOIS. Itulah kesalahan terbesar saya sebagai seorang ibu. Dan baru sekarang mata saya terbuka lebar tentang kondisi anak saya.”
6. Sejak saat itu Shafraan tidak diizinkan main gadget lagi.
“Sejak hari itu penggunaan gadget ditiadakan. Awalnya dia nangis sambil minta tab tapi dengan tegas saya bilang tab rusak. Besoknya dia minta lagi. Tetap saya bilang rusak. Selama kurang lebih seminggu dia masih sering meminta.Tapi alhamdulillah akhirnya dia mulai lupa dengan rutinitasnya yang dulu dan mulai membuat kegiatan baru.”
“Hasilnya? Sekarang rumah tidak pernah bisa rapi. Mainan berantakan. Tapi ada kemajuan pesat pada diri Shafraan. Pembendaharaan katanya sudah lebih banyak. Bahkan sekarang dia sudah bisa bicara membentuk kalimat. Walaupun masih belum terlalu jelas tapi saya sudah sangat bersyukur .”
“Saya hanya berbagi pengalaman saja. Jangan sampai apa yang terjadi pada Shafraan terjadi pada anak-anak lain.”
Sungguh miris, padahal teknologi diciptakan oleh manusia, tapi akhirnya manusia sendirilah yang dirugikan teknologi! Semoga curhatan ibu ini bisa membuka mata para orangtua dan bisa dengan bijaksana membagi waktu untuk menemani sang anak bermain, bukannya malah mau praktis dengan kasih gadget. Yuk, segera di share!
HALAMAN SELANJUTNYA:
IKLAN 3