IKLAN 2
“ Kuinginkan dia yang punya setia yang mampu menjaga kemurniannya. Saat ku tak ada ku jauh darinya, amanah pun jadi penjaganya. Hadirmu tempat berlindungku dari kejahatan syahwatku. Tuhanku merestui itu, dijadikan engkau istriku Engkaulah bidadari surgaku…”
Itulah salah satu penggalan lirik lagu “Bidadari Surga” yang dinyanyikan almarhum Ustad Jefri Al-Bukhari atau yang lebih akrab kita panggil Uje untuk sang istrinya, Umi Pipik. Bukan hanya lagu gombalan semata, bukan pula sekedar lagu sebagai koleksi saja, lagu ini memang suatu curahan isi hati seorang Uje untuk sosok yang sangat dicintainya tersebut. Setiap lirik terasa tulus dan jujur sebagai rasa syukur Uje terhadap karunia Allah yang telah mengirimnya seorang bidadari.
Bukan hanya karena Umi Pipik adalah istrinya sehingga almarhum Uje begitu memujinya Umi Pipik sebagai sosok bidadari yang Allah kirim kepada beliau. Tapi memang karena di dalam diri Umi Pipik tertanam sifat-sifat positif yang bisa menjadi insprirasi dan teladan bagi kita semua. Dirangkum dan disarikan dari berbagai sumber, berikut inspirasi hidup Umi Pipik Dian Irawati :
Pertama, sosok istri setia dan menerima apa adanya
Kita semua pastinya sudah tidak asing lagi kan Sob tentang cerita hidup almarhum Uje sebelum menjadi seorang ustad yang dicintai banyak masyarakat. Narkoba, dunia malam, premanisme, hal buruk apa lagi yang tidak dilakukannya pada masa lalu. Sebuah kehidupan yang sangat bertolak belakang dengan profesi seorang Ustad yang membesarkan namanya.
Bukan hal itu hanya sebelum beliau bertemu dan menikah dengan Umi Pipik. Setelah menikah pun perbuatan negatif tersebut masih terus menjadi tabiat buruk Uje. Apa Umi Pipik kecewa dengan itu semua? Pernahkan Umi Pipik terfikir untuk meninggalan Uje dengan semua hobi negatifnya?
Tidak, bukan hanya sebatas itu saja cinta yang Umi Pipik punya untuk Uje. Umi Pipik menerima segala kelebihan dan kekurangan Uje. Bahkan Umi Pipik harus rela hasil beliau bekerja dijadikan almarhum untuk membeli narkoba.
Kenapa Umi Pipik melakukan hal tersebut? Karena Umi Pipik terlalu sayang pada suaminya, melihat almarhum tersiksa karena ketergantungannya terhadap narkoba, membuat Umi Pipik merasa tidak tega. Hingga pada akhirnya Umi Pipik sadar, jika memang ia menyayangi Uje maka membiarkan Uje terus larut dalam narkoba bukanlah jalan yang tepat.
Kedua, suami dalam titik terendah, sabar dan tulus
Dengan tekat membimbing dan merawat suaminya, Umi Pipik meninggalkan pekerjaannya agar bisa fokus menjaga suaminya dari pengaruh buruk narkoba. Setiap kali Uje merasa ketergantungannya kambuh, Umi Pipik memeluk Uje erat. Mengajak Uje untuk istighfar, dan berdoa. Sungguh , Umi Pipik adalah salah satu sosok isteri yang setia dan sabar. Tidak mudah menemukan wanita sesabar dan setulus beliau di zaman sekarang.
Berkat ketabahan dan kesabaran Umi Pipik mendampingi Uje dengan cinta dan ketulusanya, Uje akhirnya move on dari kehidupan tersebut dan bahkan berubah drastis dari seorang pemain maksiat menjadi pendakwah agama. Bukan pendakwah biasa, beliau dicintai, dihargai dan diteladani banyak masyarakat karena tuturnya yang lembut dan bahasanya yang santun dan mudah dicerna. Sungguh, benar orang bilang, dibalik kesuksesan seorang laki-laki, ada wanita hebat di belakangnya.
Ketiga, ujian silih berganti, menghadapi ujian setegar karang
Saat paling berat dalam kehidupan Umi Pipik adalah saat dimana sang imam harus pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu. Sobat tentu ingat kan kejadian bebarapa tahun silam saat seluruh masyarakat Indonesia berduka atas kehilangan salah satu tokoh yang banyak sekali jadi panutan tersebut. Sebuah kecelakaan motor tunggal telah menjadi pintu sang Ustad kembali untuk memenuhi janjinya pada Sang Khalik.
Kita saja yang hanya menjadi pengagumnya melalui media televisi tak kuasa menahan sedihnya kehilangan, apalagi Umi Pipik yang merupakan teman sejiwanya almarhum, belahan jiwa yang telah Umi Pipik dampingi mengarungi hidup dari titik terbawah. Sosok suami, ayah dan imam dalam keluarganya kini harus pergi, selamanya.
Sakit, ya sakit. Hati wanita mana yang tidak akan lara dan terpukul atas kehilangan orang yang paling dicintainya dalam hidup. Hati wanita mana yang bisa berkata baik-baik saja atas musibah besar yang dihadapinya. Benar Umi Pipik sedih, benar Umi Pipik terpukul, benar Upi Pipik kehilangan, namun rasa cintanya Allah jauh lebih besar dibanding apapun di dunia. Umi Pipik selalu percaya bahwa semua adalah hal terbaik yang Allah berikan.
Daripada terus larut dalam kesedihan, Umi memilih fokus membesarkan keempat buah hatinya agar menjadi seorang yang berguna juga seperti almarhum abi mereka. Meski masih ada luka dihati, masih ada rindu menggebu, Umi Pipik berusaha untuk tidak memperlihakannya kepada semua orang terutama anak-anak. Untuk membuat anak-anaknya tidak larut dan tetap ceria, maka Umi Pipik memulainya dari diri sendiri dulu.
“Kita semua akan menghadap Allah, sekarang waktunya Abi, suatu saat pasti dipertemukan kembali” begitu jawaban tegar Umi Pipik ketika kembali dari makam Uje dalam sebuah kesempatan.
Namun ujian Allah terhadap Umi Pipik tidak berhenti sampai di situ saja, setelah kepergian sang suami, hubungannya dengan sang mertua memburuk. Kabar perselisihan antara dua wanita yang paling dicintai almarhum Uje tersebut pun menjadi pembicaraan hangat dimana-mana.
Umi Pipik memilih mengambil sikap diam dan tidak banyak bicara meski berbagai fitnah dan anggapan negatif diarahkan padanya. Umi Pipik memilih berhusnuzhan dan tidak memperumit masalah. Belum selesai masalah tersebut, rumah yang dihuninya bersama anak-anaknya kebakaran. Sungguh ujian datang bertubi-tubi untuk menguji imannya.
Saat paling berat dalam kehidupan Umi Pipik adalah saat dimana sang imam harus pergi meninggalkan dunia terlebih dahulu. Sobat tentu ingat kan kejadian bebarapa tahun silam saat seluruh masyarakat Indonesia berduka atas kehilangan salah satu tokoh yang banyak sekali jadi panutan tersebut. Sebuah kecelakaan motor tunggal telah menjadi pintu sang Ustad kembali untuk memenuhi janjinya pada Sang Khalik.
Kita saja yang hanya menjadi pengagumnya melalui media televisi tak kuasa menahan sedihnya kehilangan, apalagi Umi Pipik yang merupakan teman sejiwanya almarhum, belahan jiwa yang telah Umi Pipik dampingi mengarungi hidup dari titik terbawah. Sosok suami, ayah dan imam dalam keluarganya kini harus pergi, selamanya.
Sakit, ya sakit. Hati wanita mana yang tidak akan lara dan terpukul atas kehilangan orang yang paling dicintainya dalam hidup. Hati wanita mana yang bisa berkata baik-baik saja atas musibah besar yang dihadapinya. Benar Umi Pipik sedih, benar Umi Pipik terpukul, benar Upi Pipik kehilangan, namun rasa cintanya Allah jauh lebih besar dibanding apapun di dunia. Umi Pipik selalu percaya bahwa semua adalah hal terbaik yang Allah berikan.
Daripada terus larut dalam kesedihan, Umi memilih fokus membesarkan keempat buah hatinya agar menjadi seorang yang berguna juga seperti almarhum abi mereka. Meski masih ada luka dihati, masih ada rindu menggebu, Umi Pipik berusaha untuk tidak memperlihakannya kepada semua orang terutama anak-anak. Untuk membuat anak-anaknya tidak larut dan tetap ceria, maka Umi Pipik memulainya dari diri sendiri dulu.
“Kita semua akan menghadap Allah, sekarang waktunya Abi, suatu saat pasti dipertemukan kembali” begitu jawaban tegar Umi Pipik ketika kembali dari makam Uje dalam sebuah kesempatan.
Namun ujian Allah terhadap Umi Pipik tidak berhenti sampai di situ saja, setelah kepergian sang suami, hubungannya dengan sang mertua memburuk. Kabar perselisihan antara dua wanita yang paling dicintai almarhum Uje tersebut pun menjadi pembicaraan hangat dimana-mana.
Umi Pipik memilih mengambil sikap diam dan tidak banyak bicara meski berbagai fitnah dan anggapan negatif diarahkan padanya. Umi Pipik memilih berhusnuzhan dan tidak memperumit masalah. Belum selesai masalah tersebut, rumah yang dihuninya bersama anak-anaknya kebakaran. Sungguh ujian datang bertubi-tubi untuk menguji imannya.
Keempat, ujian beruntun, bukan mengeluh tapi mensyukurinya
Bagaikan benar seorang bidadari, tidak sedikitpun keluh, dan marah yang terpancar dari raut wajah wanita berparas cantik tersebut terhadap semua tudingan miring dan anggapan negatif yang ditujukan padanya. Begitu pula terhadap kasus kebakaran rumah yang ternyata pelakunya adalah orang yang ditolongnya. Dalam setiap wawancara Umi Pipik bahkan selalu mensyukuri semua ujian yang Allah berikan karena dengan begitu beliau bisa memperkuat imannya dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Kelima, tak pernah merasa sempurna, terus memperbaiki diri
Kesetiaan, kesabaran, dan ketegaran Umi Pipik dalam menghadapi hidup membuat banyak orang bersimpati dan bahkan terinspirasi dari kisahnya. Makin hari Umi Pipik semakin diidolakan dan dijadikan panutan bagi para wanita. Sosok Umi Pipik menjelma menjadi sosok istri dan ibu yang dijadikan inspirasi apalagi Umi Pipik terus melanjutkan usaha suaminya untuk mendakwahkan agama.
Saat ini di Indonesia, Umi Pipik dikenal sebagai salah satu ustazah yang banyak dikagumi dan dicintai masyarakat. Namun, bagaimanapun Umi Pipik enggan dipanggil ustazah. Dengan sikap rendah hati dan tawadu’nya, beliau selalu merasa belum menjadi sosok yang sempurna. Masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkannya dalam setiap kesempatan berdakwah. Umi Pipik selalu bilang bahwa beliau tidak sedang berceramah, karena merasa tidak cocok dengan itu. Umi Pipik hanya menyebutkan bahwa beliau hanya berbagi pengalaman. Sungguh sebuah sikap rendah hati yang luar biasa.
Bagaikan benar seorang bidadari, tidak sedikitpun keluh, dan marah yang terpancar dari raut wajah wanita berparas cantik tersebut terhadap semua tudingan miring dan anggapan negatif yang ditujukan padanya. Begitu pula terhadap kasus kebakaran rumah yang ternyata pelakunya adalah orang yang ditolongnya. Dalam setiap wawancara Umi Pipik bahkan selalu mensyukuri semua ujian yang Allah berikan karena dengan begitu beliau bisa memperkuat imannya dan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik.
Kelima, tak pernah merasa sempurna, terus memperbaiki diri
Kesetiaan, kesabaran, dan ketegaran Umi Pipik dalam menghadapi hidup membuat banyak orang bersimpati dan bahkan terinspirasi dari kisahnya. Makin hari Umi Pipik semakin diidolakan dan dijadikan panutan bagi para wanita. Sosok Umi Pipik menjelma menjadi sosok istri dan ibu yang dijadikan inspirasi apalagi Umi Pipik terus melanjutkan usaha suaminya untuk mendakwahkan agama.
Saat ini di Indonesia, Umi Pipik dikenal sebagai salah satu ustazah yang banyak dikagumi dan dicintai masyarakat. Namun, bagaimanapun Umi Pipik enggan dipanggil ustazah. Dengan sikap rendah hati dan tawadu’nya, beliau selalu merasa belum menjadi sosok yang sempurna. Masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkannya dalam setiap kesempatan berdakwah. Umi Pipik selalu bilang bahwa beliau tidak sedang berceramah, karena merasa tidak cocok dengan itu. Umi Pipik hanya menyebutkan bahwa beliau hanya berbagi pengalaman. Sungguh sebuah sikap rendah hati yang luar biasa.
Keenam, sosok malaikat buat anak-anaknya
Kenapa anak-anak Umi Pipik dan Uje bisa melewati ujian terberat dalam hidup mereka? Karena mereka mempunyai bidadari cantik sekaligus malaikat di samping mereka. Umi Pipik mengajarkan anak-anaknya bagaimana menyikapi setiap ujian sebagai sebuah nikmat. Itulah yang selalu Umi tekankan pada anak-anaknya. Umi Pipik selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bersikap tegar karena masalah dalam hidup akan selalu ada silih berganti.
Janjinya pada almarhum suami untuk mengantarkan anak-anak menjadi orang-orang yang berguna membuat Umi memprioritaskan anak-anak diatas segalanya. Segala curahan kasih sayang an cinta ia berikan karena sekarang hanya Umi Pipiklah umi sekaligus abi buat anak-anaknya.
Sobat, raga kita mungkin lemah tapi hati kita bisa tetap kuat, setegar karang. Masalah di dalam hidup bukan melemahkan, namun masalah adalah latihan untuk kita merasa kuat dan siap jika masalah lain datang. Seringkali kita mengeluh ketika ujian datang menimpa, padahal ujian tersebut adalah salah satu nikmat Allah yang dengannya kita berkesempatan dapat tingkatan yang lebih mulia. Tinggal kita memilih mengeluh atau tetap tabah dan mensyukurinya.
Semoga kita bisa menganmbil pelajaran dari kisah Umi Pipik ya Sob. Menjadi wanita hebat, bidadari untuk suami, dan malaikat untuk anak-anak.
Kenapa anak-anak Umi Pipik dan Uje bisa melewati ujian terberat dalam hidup mereka? Karena mereka mempunyai bidadari cantik sekaligus malaikat di samping mereka. Umi Pipik mengajarkan anak-anaknya bagaimana menyikapi setiap ujian sebagai sebuah nikmat. Itulah yang selalu Umi tekankan pada anak-anaknya. Umi Pipik selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu bersikap tegar karena masalah dalam hidup akan selalu ada silih berganti.
Janjinya pada almarhum suami untuk mengantarkan anak-anak menjadi orang-orang yang berguna membuat Umi memprioritaskan anak-anak diatas segalanya. Segala curahan kasih sayang an cinta ia berikan karena sekarang hanya Umi Pipiklah umi sekaligus abi buat anak-anaknya.
Sobat, raga kita mungkin lemah tapi hati kita bisa tetap kuat, setegar karang. Masalah di dalam hidup bukan melemahkan, namun masalah adalah latihan untuk kita merasa kuat dan siap jika masalah lain datang. Seringkali kita mengeluh ketika ujian datang menimpa, padahal ujian tersebut adalah salah satu nikmat Allah yang dengannya kita berkesempatan dapat tingkatan yang lebih mulia. Tinggal kita memilih mengeluh atau tetap tabah dan mensyukurinya.
Semoga kita bisa menganmbil pelajaran dari kisah Umi Pipik ya Sob. Menjadi wanita hebat, bidadari untuk suami, dan malaikat untuk anak-anak.
HALAMAN SELANJUTNYA:
IKLAN 3